Kain Lurik Mahakarya Tempo Doeloe

Kain lurik menjadi warisan budaya yang semakin tergerus oleh perkembangan jaman. Oleh Karena itu, jangan biarkan bukti kearifan lokal ini hilang! Indonesia dikaruniai keragaman suku bangsa yang masing-masing memiliki budayanya sendiri. Hal tersebut terlihat pula pada cara berpakaian yang tidak sama antara satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya, berbeda dalam gaya, bentuk serta bahan yang digunakan, kemudian menjadi ciri khas masing-masing daerah bersangkutan. Demikian halnya dengan masyarakat Jawa di Yogyakarta, memiliki pakaian tradisional yang khas, yaitu salah satunya lurik.

Kain Lurik Mahakarya Tempo Doeloe
Foto : Lurik dibuat dengan teknik tenun tangan

Lurik merupakan salah satu nama kain yang berasal dari Jawa, yang memiliki arti lorek atau garis-garis. Pada umumnya motif utama dari kain ini adalah garis-garis, baik horizontal maupun vertikal. Tak terbatas hanya garis, ada pula lurik yang bermotif kotak dan juga polos dengan berbagai warna atau sering disebut pula lurik polosan.

Nilai Kehidupan yang Tinggi, Tertanam pada Kain Lurik

Salah satu keunggulan manusia adalah bahwa ia memiliki daya kreatif untuk membuat, membentuk apa yang ada di sekelilingnya, kemudian diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Daya kreativitas tersebut merupakan bagian yang penting dalam proses berkarya seni. Seni merupakan kegiatan kreatif imajinasi manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan. Dengan daya kreatif yang dimilikinya, manusia berusaha menciptakan pakaian yang dibuat dari kapas atau bahan lain, kemudian ditenun menjadi kain. Kain dijahit menjadi pakaian.

Seni memiliki tujuan praktis. Tujuan praktis ini merupakan guna atau manfaat yang diperoleh secara langsung bagi penggunanya. Tujuan praktis dari pakaian yaitu untuk melindungi tubuh dari hawa dingin, gigitan serangga, terik matahari dan berbagai gangguan lainnya. Selain itu seni memiliki fungsi sebagai norma perilaku yang teratur, meneruskan adat kebiasaan dan nilai-nilai budaya. Dalam adat berpakaian, seperti dalam penggunaan kain lurik, terdapat nilai budaya yang akan disampaikan dan untuk diteruskan kepada generasi selanjutnya.

Pada suatu masyarakat tradisional, selain memiliki fungsi guna atau manfaat, pakaian seringkali memiliki fungsi lain seperti fungsi status simbol, maupun ritual keagamaan, pada motif- motif tertentu terdapat kandungan nilai, harapan, dan sebagainya. Orang yang memiliki kedudukan sosial tinggi berbeda pakaiannya dengan orang yang status sosialnya lebih rendah, pakaian yang dikenakan seorang bangsawan berbeda dengan rakyat biasa, entah itu berbeda model maupun motifnya. Begitu pula pakaian yang dipakai untuk upacara tertentu berbeda dengan yang dipakai pada hari biasa.

Sesuai dengan keanekaragaman umat manusia, pakaian yang digunakan juga bermacammacam dan bervariasi. Pada masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisinya seperti yang terdapat pada kelompok-kelompok suku bangsa di Indonesia, pakaian yang digunakan menunjukkan identitas dari suatu suku bangsa. Dalam hal ini pakaian bukanlah semata-mata sebagai suatu benda materi yang hanya dipakai tanpa memiliki arti apapun. Kain lurik misalnya, merupakan suatu simbol karena ia memiliki makna. Simbol merupakan tanda yang dapat ditafsirkan  atau diekplanasikan. Makna-makna tersebut merupakan sesuatu yang tidak tampak tetapi dapat dilihat melalui penafsiranpenafsiran, pemahaman-pemahaman yang kemudian ditata sedemikian rupa. Simbol merupakan segala sesuatu (benda, peristiwa, tindakan, ucapan, dan sebagainya) yang telah ditempeli arti tertentu. Simbol bukan milik individu, namun milik suatu kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat tersebut terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki sistem pengetahuan, gagasan, ide, adat kebiasaan serta norma perilaku yang sama, yang diungkapkan dalam tata cara kehidupan manusia yang terwujud dalam benda-benda budaya.

Sejarah Kain Lurik, Seiring Waktu Berkembang

Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, diperkirakan kain lurik berasal dari daerah pedesaan di Jawa. Kain lurik ini tidak hanya dipakai oleh masyarakat pedesaan saja, melainkan dipergunakan pula di dalam lingkungan keraton. Tentu saja, motif lurik yang dipergunakan untuk kalangan bangsawan berbeda dengan yang dipakai oleh rakyat jelata, ya. Begitu pula motif yang dipakai untuk upacara adat, kain yang dikenakan juga disesuaikan dengan waktu serta tujuan upacara tersebut.

Pada awal mula pembuatannya, kain lurik dibuat dalam bentuk selendang dipakai untuk kemben ataupun alat untuk menggendong. Motifnya pun cukup sederhana berbentuk garis garis dengan warna hitam dan putih ataupun perpaduan di antaranya. Dari beberapa situs peninggalan sejarah, kain lurik bahkan sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit, lho. Relief pada Candi Borobudur pun menggambarkan keberadaan penenun kain lurik dengan alat tenun gendong.

Seiring waktu berkembang, kain lurik pun mulai dijadikan pakaian untuk pria atau dikenal dengan beskap dan digunakan sebagai jarik atau kebaya pada wanita. Pada saat ini, kain lurik bahkan dijadikan busana sehari-hari di beberapa daerah.

Filosofi yang Terkandung dalam Kain Lurik

Seperti halnya karya budaya tradisional lainnya, kain lurik tidak hanya sekadar alat busana yang dipakai dalam keseharian saja. Ada makna yang begitu dalam di setiap untaian benang dan corak di dalamnya. Dalam kehidupan tradisional, pakaian juga berfungsi sebagai simbol status dalam masyarakat, pun dalam ritual keagamaan.

Kata lurik itu sendiri berasal dari akar kata rik yang bermakna garis atau pagar pelindung. Makna filosofis dari kain lurik adalah sebagai pelindung tubuh bagi pemakainya, dalam hal ini dapat diartikan sebagai pelindung secara fisik maupun spiritual.

Lurik tradisional memiliki keunikan dibandingkan dengan lurik mesin, teksturnya yang khas membuatnya berbeda dari hasil tenun mesin yang lebih rata dan monoton. Ini yang membuat lurik tradisional memiliki harga yang lebih mahal, karena memiliki ciri khas yang tidak akan pernah sama dari satu penenun dengan penenun lain.

Proses Pembuatan Kain Lurik

Proses pembuatan lurik melalui beberapa tahapan yang cukup rumit dan membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Proses-prosesnya sebagai sebagai berikut :

1.Proses Pewarnaan

Proses pewarnaan adalah proses memberi warna benang yang akan ditenun. Resep warna dibuat untuk satu pak benang yang terdiri dari 6 ikat terdiri dari 25-26 streng benang atau 2,5 golek. Benang-benang yang akan diwarna disusun dalam stok, satu stok terdiri dari 2 ikat. Zat pewarna yang digunakan biasanya napthol. Napthol memerlukan bahan bantu lain seperti (TRO/Turkis Red Oil, kostik soda, tepung kanji dan asam cuka). Cara melakukan pewarnaan benangnya yaitu :

  1. Benang direndam dalam bak yang berisi air dan larutan TRO kurang lebih satu malam, paginya dicuci dan diperas. Resep yang digunakan untuk satu pak benang, napthol 100 gram ditambah kostik soda 8 gram, ditambah TRO 8 gram yang dilarutkan dengan air panas. Kemudian ditambah air 10 liter ,air bak (1). Garam diazo 200 gram ditambahkan 10 liter air dalam bak (2).
  2. Masukkan benang ke bank (1) kira-kira 10 menit. Kemudian diangkat dan diperas lalu dicelupkan ke dalam bank (2), direndam kira-kira 10menit, ulangi proses tersebut sampai 4 kali.
  3. Benang dicuci bersih dan dimasukkan ke dalam bak yang sudah berisi air yang dicampur dengan larutan cuka. Cuci bersih dan diperas.
  4. Benang direbus dalam dandang yang berisi air dan TRO kira-kira 1o menit. Kemudian diangkat, diperas lalu dicuci ke dalam air yang telah dicampurkan dengan larutan kanji. Dan seterusnya diperas. Diangin-anginkan sebentar, lalu benang dijemur.

2.Proses Pengelosan

Proses pengelosan merupakan memindahkan benang dari bentuk benang streng ke dalam bentuk kelos. Dengan menggunakan alat pintal (erek). Tujuannya untuk memperbaiki benang yang masih kurang sempurna, selain itu juga untuk mendapatkan bentuk gulungan kelosan yang nantinya digunakan untuk proses penyekiran yaitu menyusun benang untuk lungsi.

3.Proses Pemaletan

Proses pemaletan ialah proses memindahkan benang dari bentuk streng ke dalam keleting, sehingga menjadi benang dalam bentuk paletan. Proses tersebut melibatkan alat pintal (erek). Benang yang dipalet tidak boleh melewati ujung (pucuk) keleting karena dapat mengakibatkan benang dari teropong sukar ditarik atau keluar. Untuk mempermudah benang keluar dari teropong, konsentrasi susunan benang pada keleting lebih banyak pada bagian tengahnya.

4. Proses Penyekiran (Penghanian)

Sekitar adalah alat untuk menyusun benang lungsi, dalam proses ini motif sudah bisa dientukan. Proses ini merupakan pekerjaan penggulungan benang dari bentuk kelos ke dalam tambur (bom besar), dalam keadaan sejar satu sama lain dan membentuk lapisan. seluruh benang yag tergulung dan tersusun harus mempunyai keteganngan yang sama, dan apabila ada benang terputus pada saat digulung harus secepatnya disambung agar pada saat penenunan tidak terjadi kelonggaran atau lobang pada kain. Dalam proses ini dituntut ketelitian dalam memperhatikan jumlah benang tata warna benang dan lancarnya putaran kelos pada sekiran. Sebab kekeliruan pada proses ini akan merepotkan dalam proses penenunan. Proses ini adalah proses paling rumit, karena seseorang penyekir harus menata benang-benang tipis sejumlah 2100 helai benang untuk menghasilkan satu motif tertentu kain lurik selebar 70 cm. Tiap-tiap motif memiliki rumus yang berbeda, padahal motif kain lurik sendiri berjumlah puluhan. Baik motif klasik maupun motif kontemporer.

5.Proses Pengeboman

Proses pegeboman adalah proses memindahkan barang dari tambur (bom besar) ke dalam bom kecil penggulung benang lungsi. Bom kecil inilah yang nantinya tersimpan pada alat tenun ATBM. Proses ini juga bertujuan agar ketegangan dan kesejajaran benang sama dan seandainya ada keslahan dalam proses penyekiran dapat diketahui.

6.Proses Penyucukan

Proses penyucukan adalah proses untuk memasukkan benang-benang lungsi dari bom kecil (benang lungsi sudah dikres pada saat penggulungan dari sekir) satu demi satu benang tersebut dimasukkan pada mata gun yang sesuai dengan rencana tenun, kemudian benang tersebut dimasukkan ke dalam sisir, kemudian ditata. Disetel dan digulung pada bom penggulung kain. Pada bagian ini, harus dilakukan oleh dua orang, yang satu memilah benang satu persatu dan menyerahkan kepada partnernya, sedangkan partner satunya menerima dan memasangkan pada alat tenunnya.

7.Prose Penenunan

Proses menenun adalah proses memnggunakan alat tenun manual atau dikenal dengan ATBM (Alata Tenun Bukan Mesin). Proses penyilangan benang pakan diantara benang lungsi, disesuaikan dengan pola atau desain yang diinginkan, hingga menjadi kain. Keahlian menenun akan mempengaruhi hasil tenunnya, sehingga harus dilakukan secara teliti. Proses penenunan dilakukan melalui beberapa gerakan pokok yaitu :

  1. Penyetelan sebagai proses awal dari putaran benang melalui pemasangan bom lungsi menuju bom kain dan dilakukan juga pemisahan benang dengan nomor ganjil dengan benang nomor genap.
  2. Membuak mulut lungsi dikerjakan dengan memisahkan benang-benang lungsi ke dalam mata gun. Mata gun dibagi menjadi dua bagian, bagian yang satu ditarik ke atas dan bagian yang lainnya ditarik ke Bawah. Hal ini akan bisa bergerak otomatis apabila dilakukan satu injakan pada alat tenun tersebut.
  3. Meluncurkan teropong, dimaksudkan untuk menempatkan benang pakan diantara benang lungsi yang telah terbuka, namun di dalam teropong sebelumnya telah diisi dengan benang dlam bentuk paletan. Setiap peluncuran benang pakan selalu diikuti penyilangan-penyilangan benang lungsi.
  4. Pengentakan sisir bantingan dimaksudkan untuk merapatkan benang pakan dengan cara injakan diinjak, teropong diluncurkan, injakan dilepas dan dilakukan pengentakan.
  5. Penguluran lungsi dari bom lungsi, mengingat benang lungsi yang menganyam akan semakin tegang, maka benang lungsi perlu dikendorkan agar proses penenunan bisa berlanjut dan tegang, maka benang lungsi perlu dikendorkan agar proses penenunan bisa berlanjut dan sekaligus dilakukan penggulungan kain ke dalam bom penyimpanan atau penggulung kain.

8.Proses Finishing

Proses finishing adalah proses penyempurnaan pada hasil produksi. Meliputi menghilangkan sambungan benang yag terlalu besar pada kain agar menjadi lebih baik. Bertujuan meningkatkan kualitas kain dengan sendirinya akan meningkatkan harga jual.

Setelah mengenal lebih dalam tentang kain tenun dari penjelasan di atas, perlu kita semua ketahui pula, Indonesia sendiri memiliki beragam kerajinan tenun tradisional Indonesia seperti tenun ikat, songket, dan geringsing. Bahkan seorang pengamat tekstil bernama Joseph Fisher dalam bukunya ‘threads of Tradition: Textiles of Indonesia and Serawak’ menyebutkan jika hasil tenun yang paling kaya dan beragam yang ada di dunia adalah berasal dari Indonesia.

artikel kami lainnya : Indonesian batik fabric

Anda sedang mencari kain tenun asli atau memang kebetulan Anda kolektor kain tenun? Bisa hubungi langsung owner kami melalui nomor Whatsapp :

0822 6565 2222 Pak Muzakir.

Kain Lurik Grosir Pakaian Kraton DIY dan Surakarta (surjan)

Kain Lurik Grosir Pakaian Kraton DIY dan Surakarta (surjan), menggunakan kain bahan katun premium hanya Anda dapatkan di Batik Dlidir Solo. Lurik dalam bahasa Jawa kuno lorek memiliki arti lajur atau garis, belang dan dapat juga diartikan sebagai corak. Maka tak heran lagi jika di Pulau Jawa kain tenun bermotif tersebut dikenal dengan nama kain lurik. Kain lurik sendiri memiliki tiga sebutan nama sesuai dengan motif yang berbeda. Seperti sebutan lajuran untuk motif garis – garis yang searah dengan panjang sehelai kain. Ada lagi sebutan pakan malang untuk motif garis – garis yang searah lebar kain, serta ada pula sebutan cacahan untuk motif kecil – kecil.

kain lurik motif wayang
lurik wayang motif wayang

Namun sayang berkembangnya jaman yang begitu pesat membuat kain lurik tersebut menjadi barang langka.. Saat ini banyak kalangan anak muda yang tidak mengetahui akan keberadaan lurik. Minat para masyarakat akan kain lurik pun menurun seiring berjalannya waktu dan seiring pengaruh model budaya barat. Padahal kain lurik digunakan sebagai bahan utama pembuatan pakaian kraton daerah DIY dan surakarta (surjan) khususnya kaum lelaki. Alangkah disayangkan fenomena seperti itu. Berkat keuletan para pencinta kain lurik, kini kain lurik sudah mulai memperlihatkan eksistensinya kembali. Terbukti dengan adanya lurik disetiap pameran busana dipenjuru tanah air. Tetapi taukah anda tentang Sejarah kain lurik?? Inilah jawabannya..

Mengenal Kain Lurik Sejak Zaman Prasejarah

Berbagai penemuan sejarah memperlihatkan bahwa kain tenun lurik telah ada di Jawa sejak zaman pra sejarah. Ini dapat dilihat dari berbagai prasasti yang masih tersisa, misalnya Prasasti peninggalan zaman Kerajaan Mataram (851 – 882 M) menunjuk adanya kain lurik pakan malang. Prasasti Raja Erlangga dari Jawa Timur tahun 1033 menyebutkan kain tuluh watu, salah satu nama kain lurik. Demikian juga pemakaian selendang pada arca terracotta asal Trowulan di Jawa Timur dari abad ke 15 M (museum Sonobudaya, Yogyakarta) juga memperlihatkan pemakaian lurik pada masa itu. Yang lebih memperkuat pendapat bahwa tenun telah dikenal lama di Pulau Jawa adalah  pemakaian kain tenun pada arca-arca dan relief candi yang tersebar di Pulau Jawa.Tiga daerah utama penyebaran Lurik di Pulau Jawa adalah Yogya, Solo dan Tuban.

Pada awalnya Kain lurik dibuat dengan menggunakan alat tenun gendong. Kemudian yang alat tenun lurik yang lain bernama ATMB (Alat Tenun Bukan Mesin). Kini seiring dengan berkembangnya informasi teknologi, kain lurik sudah dibuat menggunakan alat tenun mesin. Namun didesa Krapyak wetan, kecamatan sewon kabupaten Bantul salah satu pengrajin kain lurik masih menjaga keaslian kain lurik dengan masih diproduksinya kain lurik menggunakan alat tenun bukan mesin. Lokasi pabrik produksi kain lurik kami terletah di daerah Pedan, Klaten, Jawa Tengah.

Untuk pemesanan atau informasi bisa sms atau whatsapp ke : 0822 6565 2222 Pak Muzakir.

Kami menyarankan menggunakan whatsapp untuk mempermudah dalam koordinasi. Baik gambar motif batik maupun pengiriman kelokasi Anda.

Kain Lurik Murah di Batik Dlidir

Setiap harinya perusahaan yang bernama “PT. Batik Jito Dlidir” ini tidak pernah sepi pelangan, pengiriman setiap hari juga tak pernah kendor. Dengan usaha keras untuk mengenalkan kain lurik kepada masyarakat luas kini Batikdlidir Solo sudah memetik hasilnya. Banyak pembeli yang dating dari luar Daerah Solo menyempatkan waktunya hanya untuk membeli kain lurik atau sekedar pelihat cara pembuatan kain lurik. Perusahaan yang patut di acungi jempol untuk keuletannya melestarikan warisan budaya ini buka dari pukul 08.00 Sampai 16.00 untuk datang ke Galeri. Sedangkan pelayanan online kami setiap harinya 24 jam non stop. Semua pembeli diperbolehkan melihat-lihat cara pembuatan kain lurik. Selain itu kai lurik, Anda juga dimanjakan dengan kain batik asli tulis, cap, sampai batik printing. Tak hanyak batik tulis dan lain-lain, bisa kita dapatkan disini. Kami juga sudah biasa dengan pengiriman kain batik cap smoke (tie dye) ke luar negeri.

proses pengiriman batik cap smoke ke Eropa
proses pengiriman batik cap smoke ke Eropa

Suatu kebangaan untuk Indonesia, Lurik kini sudah mulai diirik oleh para desainer-desainer kondan untuk dijadikan bahan garapan mereka. Banyak para pesohor dalam dan Luar negri yang berminat untuk lebih mendalami tentang kain lurik. Meskipun Demikian, peran pemerintah sangat penting dalam upaya pelestarian ini. Namun kita sebagai rakyat Indonesia yang baik tentunya juga harus ikut melestarikan kain lurik dan menjaga warisan budaya kita ini agar tidak diklem Negara lain. Karena jika Bukan kita, Siapa lagi yang akan Melestarikannya??

In English : Traditional batik. 

Alat Tenun Mesin (ATM)

Karena banyaknya permintaan pasar akan kain tenun sementara proses pengerjaan kain tenun yang memakan waktu yang sangat lama tidak memungkinkan untuk memenuhi permintaan pasar, membuat penenun harus melakukan inovasi agar mampu memproduksi kain tenun dalam waktu yang lebih singkat. Pengrajin pun mulai beralih menenun dengan menggunakan alat tenun mesin atau yang dikenal dengan ATM. Alat tenun mesin ini dilengkapi dengan motor penggerak sehingga untuk menghasilkan sehelai kain tenun, proses pengerjaannya sepenuhnya dikerjakan oleh mesin.

Alat Tenun Mesin (ATM)
Alat Tenun Mesin (ATM)

Tentu saja produktivitas kain tenun meningkat dan pengerjaan kain tenun menjadi lebih singkat. Sehingga permintaan masyarakat akan kain tenun dapat terpenuhi. Tetapi tidak berarti alat tenun mesin ini tidak mempunyai kekurangan. Kain tenun yang dihasilkan dari alat tenun mesin tidak dapat menyamai kualitas kain tenun yang dihasilkan baik dari alat tenun tradisional maupun dari alat tenun bukan mesin (ATBM).

Meskipun kualitas kain lebih rendah tetapi harga jual kain tenun yang dihasilkan oleh alat tenun mesin lebih murah. Hal ini tentu saja membahayakan eksistensi penenun tradisional. Walaupun kualitas kain yang mereka hasilkan jauh lebih baik tetapi mereka tidak mampu bersaing dengan pengerajin yang menggunakan alat tenun mesin. Meskipun hasil tenunan dari ketiga jenis alat ini berbeda, tetapi masyarakat tidak bisa membedakan karena corak, motif dan warna yang dihasilkan sama.

Selain membahayakan pengerajin tenun tradisional, kain tenun yang dihasilkan dari alat tenun mesin juga dapat merugikan masyarakat karena mereka tidak bisa membedakan mana kain tenun yang dibuat dengan alat tradisional dan kain tenun yang dibuat oleh alat tenun mesin.

Salah satu tips untuk dapat membedakan kain tenun hasil dari alat tradisioanal dan kain tenun dari alat tenun mesin adalah dengan membandingkan tekstur dan kerapatan benang. Kain yang dihasilkan oleh alat tenun mesin memiliki tekstur atau kerapatan benang yang sama persis karena kestabilan tenaga mesin. Sedangkan kain tenun yang dibuat secara manual tanpa mesin tekstur kain dan kerapatannya tidak sama persis karena dipengaruhi oleh tenaga manusia.

Memang penggunanaan alat tenun mesin mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak postif nya adalah kain tenun dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat karena harga yang ditawarkan terjangkau oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal ini membuat posisi kain tenun sejajar dengan kain tradisional lainnya. Tetapi alat tenun mesin juga berpotensi mematikan keberadaan penenun tradisional yang notabene membantu melestarikan warisan budaya. Saat ini semakin sedikitnya penenun tradisional merupakan salah satu hambatan perkembangan kain tenun di Indonesia, selain kurangnya minat generasi muda untuk membudayakan menenun dengan cara tradisional.

Oleh karena itu ada baiknya agar pemerintah membantu untuk melestarikan kebudayaan menenun dengan cara tradisional dan mengenalkan keindahan menenun kepada generasi muda agar mereka mempunyai minat dalam mengembangkan kain tenun di Indonesia.

Demikianlah informasi tentang alat tenun mesin (ATM) yang dibutuhkan dalam membuat kain tenun ikat. Dalam membuat kain tenun ikat ada beberapa alat atau mesin yang sering digunakan antara lain : alat tenun tradisional, Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan Alat Tenun Mesin (ATM). Setiap atau mesin tenun ini memiliki keunggulan masing-masing. Semoga informasi tersebut dapat menambah wawasan kita tentang kain tenun ikat. semoga bermanfaat dan terima kasih.

Informasi mengenai kain lurik lebih lengkap silahkan hubungi kontak WA 0822 6565 2222 Pak Muzakir. Gratis ongkos kirim keseluruh Indonesia.

Selanjutnya mari kita simak pembahasan tentang macam-macam kain tenun selain tenun lurik yang selama ini kita kenal. Masih ada banyak sekali macamnya, seperti contoh : Tenun Ulos, Tenun Sumba, Tenun Toraja, Tenun Ikat Troso, Tenun Siak, Tenun Garut & Sukabumi, Tenun Baduy. Yuk kita pahami penjelasannya di bawah sebagai berikut ini.

Berbagai Macam Kain Tenun di Indonesia

1.Tenun Ulos

Tenun Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatra Utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.

Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, tetapi kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk suvenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.

Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.

Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.

Kain Tenun Ulos
Kain Tenun Ulos
sumber : wikipedia
2.Tenun Sumba

Tenun Ikat Sumba merupakan jenis kain yang berasal dari pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Jenis dan corak kain itu sudah lama terkenal karena unik berdasarkan bahan yang digunakan, motif dan proses pembuatan yang memerlukan waktu relatif lama, yakni 4 sampai 6 bulan untuk sehelai kain tenun berukuran lebar. Pulau Sumba sendiri sangat indah dan terkenal di dunia sebagai salah satu pulau terindah. Tetapi tentang keindahan pulau itu merupakan penilain tahun 2000-an, sedangkan daya pikat tenun ikat tradisional terkenal sejak berabad-abad yang lalu, dan terus dijaga oleh para wanita Sumba. Mereka menangani seluruh proses tenun ikat mulai dari memilih motif, mempersiapkan bahan-bahan (benang, pewarna), proses penenunan sampai menghasilkan selembar kain.

Satu lembar kain lebar memerlukan 42 langkah. Persiapan dan proses pembuatan yang sekian lama membuat harga kain tenun menjadi relatif mahal. Mahalnya harga kain tenun ikat Sumba dipengaruhi juga oleh jumlah orang yang bekerja, yaitu satu helai tenun ikat Sumba biasa dikerjakan oleh 3 sampai 10 orang. Ada orang yang mencari bahan, memintal benang, mewarnai benang, menenun, dan juga membuat motif. Sehingga 42 proses penyelesaian satu helai kain tenun bukanlah angka mengada-ada. Pekerjaan dimulai dari proses lamihi, yaitu proses memisahkan biji dari kapas hingga proses wari rumata atau proses penyelesaian.

3.Tenun Toraja

Tenun Toraja memiliki motif yang mencerminkan keindahan Toraja. Tenun Toraja juga digunakan untuk menunjukkan status sosial dan umumnya digunakan untuk upacara formal.

4.Tenun Ikat Troso

Tenun ikat troso atau kain ikat troso adalah kriya tenun Jepara tepatnya dari Desa Troso. Tenun ikat troso berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah.

Tenun Troso memiliki banyak motif, dari motif yang sangat etnis dan tradisional hingga terlihat lebih modern dan kontemporer.

5.Tenun Siak

Bisa juga disebut sebagai Songket Siak. Tenun siak berasal dari Riau. Menariknya Tenun Siak dahulu hanya dapat digunakan oleh kalangan bangsawan Siak. Tenun siak memiliki ciri-ciri motif tumbuhan dan hewan.

Ada pun pada mulanya warna-warna yang digunakan dalam membuat tenunan berasal pewarna alami. Warna jingga dihasilkan dari campuran rebusan umbi temu kuning dengan kapur, atau dari campuran kulit manggis yang direbus dengan celisan manggar kelapa. Hitam dari pencelup hitam semacam wantek (pewarna tekstil). Hijau dari campuran rebusan daun kayu nodo dan kapur. Warna biru merupakan hasil campuran dari senduduk/kenduduk dengan temulawak. Sedangkan warna coklat dari rebusan kayu samak. Seiring perkembangan zaman warna yang digunakan berasal dari perwarna buatan.

6.Tenun Garut & Sukabumi

Tenun yang berasal dari Jawa Barat ini umumnya memiliki karakteristik motif yang geometris.

7.Tenun Baduy

Tenun Baduy berasal dari Banten. Tenun ini memilik motif garis-garis yang rumit yang terinspirasi dari alam.

Cara merawat kain tenun

Tenun ternyata memiliki perawatan yang cukup mudah. Disarankan juga untuk menggunakan deterjen yang lembut. Kalau perlu gunakanlah sabun lerak atau sabun khusus batik. Saat mencuci, kamu tidak perlu merendamnya semalaman atau terlalu lama, kamu hanya perlu menguceknya saja dengan halus.

Namun pada pembelian pertama ada baiknya dicuci secara terpisah, hal ini dilakukan agar warna tidak luntur dan mengenai pakaian lainnya. Selanjutnya, pada tahap pengeringan tidak disarankan menjemurnya di bawah sinar matahari langsung. Sinar matahari langsung berpotensi untuk merusak warna dari kain.

Setelah kering, kamu dapat menyetrikanya agar rapi, setrikalah hanya pada bagian dalam kain saja agar warna tidak rusak. Apabila terdapat noda pada kain, disarankan untuk mewarnai ulang kain dengan warna yang senada pada bagian yang bernoda.

Itu tadi asal muasal, jenis serta cara merawat kain tenun. Kain ini sangat unik dan memiliki ciri khas-nya masing-masing namun memiliki cara perawatan yang terbilang mudah.

Apakah kamu salah satunya yang mengoleksi berbagai tenun Indonesia? Jika kebetulan sekali Anda sedang membaca artikel dan memang sedang mencari kain tenun untuk seragam keluarga maupun seragam kantor. Langsung saja hubungi kontak dibawah ini :

WA 0822 6565 2222 Pak Muzakir. Harga kain tenun yang kami tawarkan mulai dari Rp20.000,00 per meter. Dengan fasilitas gratis ongos kirim keseluruh Indonesia.

Serta kami melayani online 24 jam non stop. Jadi tunggu apalgi, langsung saja hubungi kontak diatas  ya.

Trimakasih atas perhatiannya. Kami tunggu orderannya. Happy Shopping !!